Kalau kita melakukan sebuah kebaikan hanya untuk lari dari masalah, pasti nikmat kebaikan itu tidak akan terasa. Kelelahan menggapainya akan menjadi hampa dan masalah kita pun takakan terselesaikan. Dengan lari dari masalah satu menuju rutinitas lain yang benar-benar baru, kita bahkan akan berpikir, “Sebenarnya apa yang sedang aku lakukan? Apa tujuanku melakukan kebaikan ini? Lantas apa yang akan aku dapatkan setelah melakukan kebaikan ini?”
Jika yang dituju atau dikerjakan hanya sebuah pelarian, maka yang akan kita dapatkan adalah jarak yang amat jauh. Kita sudah amat jauh dari solusi, bahkan kita sudah amat jauh dari realitas yang sebenarnya harus dihadapi. Hanya ada hampa. Hanya ini melalui hari demi hari dalam kondisi, “Aku baik-baik saja dengan kehidupan baruku. Tidak terjadi apa-apa.”
Lalu hidup ini kita jalani sekadarnya saja. Orang yang dahulunya prestatif, ia akan biasa-biasa saja dalam pelariannya. Pada suatu hal yang ada di hadapannya, ia bahkan akan berpikir, “Apa yang harus aku lakukan dengan hal ini?” Ia akan lupa pada kebiasaanya menyiapkan yang terbaik, serba terurus, serba terencana. Semuanya lewat begitu saja selayaknya hidup yang sedang dialam oleh orang yang biasa-biasa saja atau bahkan lebih rendah kedudukannya darinya.
Sebagai contoh, orang yang berhenti bekerja karena tidak ingin dikungkung oleh rutinitas. Pada awalnya ia akan sangat bahagia dengan waktu-waktu senggang setelah berhenti bekerja. Hari-hari terlalui dengan rutinitas waktu senggang. Namun, tanpa ia sadari, yang sedang ia jalani pun adalah rutinitas. Bahkan ia menjalani rutinitas yang jauh dari manfaat dan produktivitas.
Dalam rutinitas waktu senggang, yang diprioritaskan oleh orang yang berada dalam pelarian adalah, “menghabiskan waktu.” Bagaimana caranya, ia harus mampu menghabiskan waktu tanpa mengingat dan larut dalam masalah yang ia sedang lari darinya.
Di balik kondisi tersebut, tanpa ia sadari, waktu sudah terbuang percuma. Peluang-peluang yang ia hadapi lewat begitu saja karena ia tidak benar-benar sadar bahwa setiap sisi hidupnya harus dihadapi dengan usaha maksimal. Ia juga tidak sadar bahwa orang yang ia hadapi adalah manusia normal, manusia yang bisa kecewa karena ketidakmaksimalan usahanya, manusia yang harus dihadapi dengan penuh perhatian tanpa formalitas atau basa-basa kehidupan waktu senggang. Ia tidak sadar bahwa pada waktu yang sama ketika waktu dihabiskan hanya untuk dihabiskan, jauh di belahan bumi lain banyak orang yan menghabiskan waktu-waktunya untuk berkarya. Telah banyak karya yang dilahirkan dan telah banyak manfaat yang dirasakan oleh orang lain. Ia tidak sadar di belahan dunia lain orang-orang lain sedang mengukir prestasi atas peluang-peluang yang mereka hadapi dengan penuh persiapan. []
Running away from your problems is a race you will never win. Instead, face it and move on then you will be true winners. [tweetMoveOn]
Like this:
Like Loading...
Related
rifzahra
/ November 22, 2011laik diiis 😀