Aku akhirnya menelisik lagi ada apa denganku. Mengapa aku bisa dengan sangat datar menerima penolakan dari pihak Unpas siang tadi. Mungkin inilah yang dinamai naik kelas. Ada satu bagian dari hidup kita yang dikuatkan setelah diberi ujian oleh Allah. Kita baru naik kelas apabila bisa menghadapi masalah berikutnya dengan takseheboh menghadapi masalah sebelumnya. Ya, sebelumnya aku pernah mengalami penolakan yang hunjamannya serupa “dicabut nyawa.” Buatku itu sesuatu yang amat berat. Namun, setelah mengalami penolakan itu, penolakan yang satu ini amat terasa biasa. Mungkin hanya seperti menginjak duri pohon salak.
Ahh… tadi siang aku hanya tersenyum, meninggalkan ruangan, lalu kembali menuju tempat menunggu angkot. Hujan turun menyapaku, lebih dari biasanya, bolehlah kukatakan ia deras. Nampaknya ia ingin menemaniku menangis, tapi duri ini tentu takperlu dihadapi dengan tangisan. Hunjaman sebelumnya sudah menetapkan kapan air mataku boleh keluar, pada sakit yang seperti apa air mataku boleh keluar. Nampaknya, tidak untuk sakit siang tadi.
*gambar di sini
kasih tisu 🙂
gak perlu tisu :p
kasih sabar ;p
kalo stok sabarmu cuman satu, kamu dapet sabar dari mana? :p