Dear Gusti,
Ini belum genap 20 hari aku bersama dengan orang yang Kau pilihkan buatku menjalani hidup dan hidup abadi. Aku masih amat gagap dengan detik-detik baru yang seluruhnya menagih tanggung jawab. Ah, aku baru sadar, kehadiran seseorang ini membuat ruang tungguku jadi amat ramai. Hanya karena satu orang, cinta dan rindu sedang terus-terusan mempertanyakan keberadaannya. Kamu mungkin dapat membayangkan, disehidup-sematikan dengan orang yang baru bertemu muka beberapa kali, perlu kekuatan keyakinan yang taksembarangan. Pertanyaan yang acap kali muncul “pantaskah? pantaskah?”
Membersamai orang yang takpunya target hidup selain keshalihan ternyata bukan sesuatu yang mudah. Aku mengecil bersama target-target duniawi yang selama ini kupelihara di kepala. Pada pertemuan kami yang pertama, aku takdapat menaksir apa yang ada di benaknya. Mungkin kecemasan menggunung akibat tanggung jawab yang disebut mitsaqan ghalidza. Waktu itu tangisnya pecah. Doa-doa dihantarkannya kepada-Mu. Aku hanya dapat mengamini dan berusaha merasa bahagia. Lagi-lagi semua akibat pertanyaan “pantaskah? pantaskah?”
Pada sisa usia yang entah sampai kapan, yang harus aku lakukan adalah mencoba memahami. Bila waktuku tiba lebih awal, mungkin ia adalah warisan terbaik yang aku tinggalkan di ruang tungguku ini. Entah ia akan pergi ke tempat lain, atau membawa penghuni baru sebagai penggantiku. Yang selalu aku rapal sampai saat ini adalah pengusiran terhadap rasa memiliki. Kamu pemiliknya dan aku harus terus-menerus mengerti. Semua ada waktunya, semua ada takdirnya, semua ada akhirnya. Semoga dalam waktu singkat ini berbagai takdir dapat kami hadapi dengan bahagia. Semoga kami bisa bertemu kembali sebagai pasangan keluarga di surga.[]
Yang selalu rindu,
Langitshabrina
n0bita
/ January 8, 2018barakallahu lakuma wa baraka alaikuma wa jamaa bainakuma fi khair.. aamiin.. semoga samara, karena sejatinya hidup adalah di surga.
langitshabrina
/ January 9, 2018aamiin.. terima kasih Nobi…
farikhsaba
/ April 5, 2018Barakallah