Cultural Studies

Hijab Style: Mitos Baru dalam Berjilbab di Indonesia [part #1]

Pada akhir November 2010 Hijabers Community mendeklarasikan keberadaannya. Tanpa tanggung-tanggung komunitas ini membubuhkan kata “hijab” pada namanya. Kini hijab style menjadi mitos di kalangan muslimah Indonesia. Muslimah yang sudah berjilbab beramai-ramai beralih mode dari jilbab konvensional menuju hijab style. Takhanya muslimah yang sudah berjilbab, hijab style juga menggerakkan hati muslimah yang belum berjilbab untuk melaksanakan kewajiban menutup aurat. Ia menghilangkan pandangan umum yang menganggap berjilbab terlihat kuno, norak, tradisional, dan tidak cantik. Hijab Style menjadi mitos gaya mutakhir dalam berjilbab.

(Hijab Style)

Pada situs resminya, Hijabers Community mengenalkan dirinya,

“Hijabers Community didirikan pada tanggal, 27 November 2010 di Jakarta, Indonesia. Sekitar 30 perempuan dari berbagai latar belakang dan profesi berkumpul membangun visi mereka untuk membentuk sebuah komunitas yang insyaallah akan mengakomodasi kegiatan yang terkait dengan jilbab dan muslimah. Dari mode untuk studi Islam, dari gaya jilbab untuk belajar Islam, apa pun yang akan membuat kita muslimah yang lebih baik insyaallah. Dan diharapkan melalui komunitas ini, setiap muslimah bisa bertemu teman baru, saling mengenal satu sama lain dan belajar dari satu sama lain. Jadi apa yang Anda tunggu? Bergabung dengan komunitas kami, bertemu teman baru, belajar hal baru, mari kita menjadi panutan, bergabung dengan Hijabers Community!”.

“Dari mode untuk studi Islam, dari gaya jilbab untuk belajar Islam,” tawaran yang diajukan Hijabers Community ini seperti mengajak orang berjalan dari hilir ke hulu, dari simbol ke esensi. Publik diajak menggunakan mode jilbab yang bertajuk “hijab” versi hijabers Community baru setelah itu belajar mengetahui makna hijab sebenarnya dalam Islam. Dalam buku Hijab Street, pendiri Hijabers Community, Dian Pelangi berpendapat,

“Mereka yang berkomitmen membuktikan cintanya kepada Allah dengan menutup aurat, mengombinasikannya dengan perkembangan trend di dunia. Lumrah bagi wanita ingin terlihat cantik, dengan niat menginspirasi sesama dan tampil cantik di depan suaminya dan pasti karena Allah Swt karena Allah mencintai keindahan, bukan?” (2012:11).

Hijab style mengakomodasi muslimah yang ingin berhijab tetap terlihat cantik dan sesuai dengan trand di dunia. Ini mengindikasikan bahwa gaya hijab sebelumnya yang dikenal sebagai jilbab konvensional tidak memunculkan keindahan dan kecantikan penggunanya. Oleh sebab itu, hijab style lahir. Kelahiran hijab style ini menjadi berita baik untuk perkembangan gerakan menutup aurat di Indonesia.

Hijab Sebagai Pakaian Tertulis

Dalam salah satu bidang kajian budaya yaitu semiologi, busana dapat dibaca sebagai sebuah sistem. Menurut Barthes,

pakaian yang ditulis adalah pakaian yang dijelaskan dengan bahasa artikulatif. Ia adalah seperangkat aturan yang sistematis. Bahasa mode tidak berasal dari massa yang bertutur (menggunakan pakaian), tetapi dari suatu sekelompok yang mengambil keputusan dan dengan sadar mengembangkan kode tersebut, (2012:17).

Dalam semiologi, hijab adalah pakaian yang tertulis. Ia diartikulasikan dalam Al Quran dan hadits tentang perintah berhijab yang disampaikan kepada Rasulullah Saw pada 14 abad silam.

Secara etimologis al-hijab berasal dari kata hajaban yang artinya menutupi. Dengan kata lain al-hijab adalah benda yang menutupi sesuatu. Al-Jarjani mendefinisikan al-hijab adalah setiap sesuatu yang terhalang dari pencarian, dengan kata lain berarti mencegah. Secara syariat hijab merupakan pakaian yang wajib dikenakan oleh muslimah untuk menutupi aurat dan mencegah perhatian orang lain terhadap mereka.

Berdasarkan aturan yang tertulis dalam Al Quran dan hadits, hijab dapat digambarkan sebagai berikut:

Hijab Sebagai Pakaian yang Dikenakan

Selain sebagai pakaian yang ditulis, hijab juga memiliki posisi sebagai pakaian yang dikenakan.

Trubetzkoy berkata, dalam pakaian sebagai sesuatu yang dikenakan akan kita temukan perbedaan seperti bahasa dan tuturan (Barthes,2012:18).

Sederhananya, dalam bahasa akan ditemukan perbendaan kaidah bahasa dengan bahasa yang dituturkan pemiliknya. Pada praktiknya, banyak pengguna bahasa yang berbicara tidak sesuai  dengan kaidah yang sudah disepakati. Begitupun hijab sebagai pakaian dikenakan, ia mengalami variasi bentuk dari posisinya sebagai pakaian yang tertulis.

Di Indonesia, modifikasi terus dilakukan berbagai pihak untuk mengakrabkan jilbab di kalangan muslimah. Munculnya merek Rabbani yang menggunakan tagline Profesor Kerudung Indonesia, Zoya dengan tagline Lebih Pas Untuk Cantikmu, dan merek kerudung lainnya. Hijab Style yang dikenalkan oleh Hijabers Community menjadi trand gaya berjilbab paling mutakhir saat ini. Namun, hijab sebagai pakaian yang tertulis mengalami deviasi. Hijab style seolah menjadi merek gaya berpakaian cantik dan trandy yang mengalienasi makna hijab sebenarnya.

bersambung…

Writing Competition ini merupakan salah satu rangkaian acara dari Indonesia Muslimah Fest bekerjasama dengan FLP Bandung. Ikuti lomba & Audisi lainnya seperti Lomba Menyanyi, Model Muslimah, Rancang Hijab dengan Hadiah Utama Tour Eropa, Asia dan Umroh juga Hadiah Ratusan Juta lainnya. Informasi lebih lanjut dapat diakses melalui:
web              : http://www.festivalmuslimah.com
Twitter     : @MuslimahFest
Fb                 : http://www.facebook.com/FestivalMuslimah

Contact person : 083821299555 (Silvia)  085659275411 (Greeny)

repost dari sini

7 thoughts on “Hijab Style: Mitos Baru dalam Berjilbab di Indonesia [part #1]

Leave a comment